Sel
Berdasarkan jumlah sel yang dimiliki makhluk
hidup, organisme dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu organisme unisel dan
organisme multisel. Pada organisme unisel, tubuhnya terdiri atas satu sel
sehingga seluruh kegiatan hidupnya dilaksanakan oleh sel itu sendiri.
Contohnya, Amoeba, Paramecium dan Bakteri. Pada organisme multisel, tubuhnya
tersusun atas banyak sel yang memiliki fungsi masing-masing. Artikel kali ini
akan mempelajari struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan, mari
ikuti pembahasan berikut ini.
Pengertian Sel
Sel adalah kumpulan materi paling
sederhana yang dapat hidup dan
merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel
mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi
kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung
di dalam sel. Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel tunggal atau
disebut organisme uniseluler. Seluruh
tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh bakteri berasal dari
pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal dari pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi.
Istilah sel pertama kali
dipakai oleh Robert Hooke, kirakira 300 tahun yang lalu, untuk ruang-ruang
kecil seperti kotak yang dilihatnya pada waktu ia mengamati gabus dan bahan
tumbuhan lain di bawah mikroskop. Kemudian, tahun 1839, fisiologiwan Purkinye
memperkenalkan istilah protoplasma bagi zat hidup dari sel. Istilah protoplasma
Purkinye tidak memberi pengertian kimiawi dan fisik yang jelas, tetapi dapat
dipakai untuk menyebut semua zat yang terorganisasi dalam sel.
Sel terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu selaput plasma atau membran sel, sitoplasma, dan organel-organel
sel. Antar bagianbagian sel tersebut terdapat koordinasi sehingga
keseluruhannya secara bersama-sama menyusun sistem yang kompak.
Pada tubuh makhluk hidup yang
terdiri atas banyak sel, sel-sel yang memiliki bentuk sama berkelompok untuk
melakukan satu fungsi tertentu, disebut jaringan. Satu kelompok jaringan dapat
digabungkan menjadi satu organ. Organ-organ ini bergabung membentuk sistem
organ, misalnya sistem pencernaan dan sistem saraf. Sistem organ bekerja sama
membentuk individu.
Teori sel
- Robert Hooke (Inggris, 1665) meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop. Hasil pengamatannya ditemukan rongga-rongga yang disebut sel (cellula)
- Hanstein (1880) menyatakan bahwa sel tidak hanya berarti cytos (tempat yang berongga), tetapi juga berarti cella (kantong yang berisi)
- Felix Durjadin (Prancis, 1835) meneliti beberapa jenis sel hidup dan menemukan isi dalam, rongga sel tersebut yang penyusunnya disebut “Sarcode”
- Johanes Purkinje (1787-1869) mengadakan perubahan nama Sarcode menjadi Protoplasma
- Matthias Schleiden (ahli botani) dan Theodore Schwann (ahli zoologi) tahun 1838 menemukan adanya kesamaan yang terdapat pada struktur jaringan tumbuhan dan hewan. Mereka mengajukan konsep bahwa makhluk hidup terdiri atas sel . konsep yang diajukan tersebut menunjukkan bahwa sel merupakan satuan structural makhluk hidup.
- Robert Brown (Scotlandia, 1831) menemukan benda kecil yang melayang-layang pada protoplasma yaitu inti (nucleus)
- Max Shultze (1825-1874) ahli anatomi menyatakan sel merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup
- Rudolf Virchow (1858) menyatakan bahwa setiap cel berasal dari cel sebelumnya (omnis celulla ex celulla)
Struktur Sel
Setiap organisme tersusun
atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota
terselubung membran organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki
nukleus. Hanya bakteri dan arkea yang memiliki sel prokariotik, sementara protista, tumbuhan, jamur, dan hewan memiliki
sel eukariotik
Sel prokariota tidak ada membran yang memisahkan DNA dari bagian
sel lainnya, dan daerah tempat DNA terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid. Kebanyakan
prokariota merupakan organisme uniseluler dengan
sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan volumenya sekitar
1 µm3) serta umumnya terdiri dari selubung sel, membran sel,
sitoplasma, nukleoid, dan beberapa struktur lain.
Sedangkan sel eukariota memiliki nukleus. Diameter sel eukariota biasanya 10 hingga 100 µm,
sepuluh kali lebih besar daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di antara nukleus dan membran
sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium semicair
yang disebut sitosol, yang di dalamnya
terdapat organel-organel dengan
bentuk dan fungsi terspesialisasi serta sebagian besar tidak dimiliki
prokariota. Kebanyakan organel dibatasi oleh satu lapis membran, namun ada
pula yang dibatasi oleh dua membran, misalnya nukleus.
Pada tubuh makhluk hidup yang
terdiri atas banyak sel, sel-sel yang memiliki bentuk sama berkelompok untuk melakukan
satu fungsi tertentu, disebut jaringan. Satu kelompok jaringan dapat
digabungkan menjadi satu organ. Organ-organ ini bergabung membentuk sistem
organ, misalnya sistem pencernaan dan sistem saraf. Sistem organ bekerja sama
membentuk individu.
Sel terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
selaput plasma atau membran sel, sitoplasma, dan organel-organel sel. Antar
bagianbagian sel tersebut terdapat koordinasi sehingga keseluruhannya secara
bersama-sama menyusun sistem yang kompak
Bagian Sel
Sel terdiri dari 3 bagian utama yaitu membran sel, inti sel, dan organel sel:
Memberan Sel
Permukaan luar setiap sel dibatasi oleh selaput
halus dan elastis yang disebut membran sel. Membran ini sangat penting dalam
pengaturan isi sel, karena semua bahan yang keluar atau masuk harus melalui
membran ini. Hal ini berarti, membran sel mencegah masuknya zat-zat tertentu
dan memudahkan masuknya zat-zat yang lain. Selain membatasi sel, membran plasma
juga membatasi berbagai organel-organel dalam sel, seperti vakuola, mitokondria,
dan kloroplas. Membran sel selaput
yang terletak paling luar dan tersusun dari senyawa kimia lipoprotein(gabungan
dari senyawa lemak atau lipid dengan senyawa protein). Membran sel disebut juga
membran plasma atau selaput plasma.
Inti Sel (Nukleus)
Inti sel bertugas
mengontrol kegiatan yang terjadi di sitoplasma. Fungsi dari inti sel adalah
mengatur semua aktivitas (kegiatan) sel, karena di dalam inti sel
terdapat kromosom yang berisi DNA untuk
mengatur sintesis protein.
Sitoplasma dan Organel Sel
Sitoplasma adalah bagian yang cair dalam sel. Khusus
untuk cairan yang beradal dalam inti sel dinamakan nukleoplasma.
Penyusun utama dari sitoplasma adalah air (90%). Berfungsi
sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kimia sel. Organel
sel adalah benda-benda yang terdapat dalam sitoplasma dan
bersifat hidup serta menjalankan fungsi-fungsi kehidupan.
- Ribosom (ergastoplasma) adalah organel sel terkecil di dalam sel. Fungsi dari ribosom adalah sebagai tempat sintesis protein.
- Retikulum endoplasma (RE) adalah struktur berbentuk benang-benang yang bermuara di inti sel. Dikenal dua jenis retikulum endoplasma, yaitu:
- Retikulum endoplasma granuler(retikulum endoplasma kasar). RE kasar tampak kasar karena ribosom menonjol di permukaan sitoplasmik membrane;
- Mitokondria (the power house). Fungsi mitokondria adalah sebagai pusat respirasi seluler yang menghasilkan banyak energi ATP. Secara garis besar, tahap respirasi pada tumbuhan dan hewan melewati jalur yang sama, yang dikenal sebagai daur atau siklus Krebs yang berlangsung di dalam mitokondria.
- Lisosom. Fungsi dari organel ini adalah sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaanseluler.
- Badan golgi (aparatus golgi/diktiosom) berhubungan dengan fungsi menyortir dan mengirim produk sel. Badan golgi berperan penting dalam sel-sel yang secara aktif terlibat dalam sekresi. Muka cis berfungsi sebagai penerima vesikula transpor dari RE. Muka trans berfungsi mengirim vesikula transpor. Vesikula transpor adalah bentuk transfer dari protein yang disintesis RE.
- Sentrosom (sentriol) berbentuk bintang yang berfungsi dalam pembelahan sel baik mitosis maupun meiosis.
- Plastida berperan dalam fotosintesis. Plastida adalah bagian dari sel yang bisa ditemui pada alga dan tumbuhan (kingdom plantae). Dikenal tiga jenis plastida, yaitu:
- Leukoplas: berwarna putih berfungsi sebagai penyimpanan makanan;
- Kloroplas: plastida berwarna hijau, berfungsi menghasilkan klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis;
- Kromoplas: plastida yang mengandung pigmen.
- Vakuola (rongga sel) berisi: garam-garam organik, glikosida, tanin (zat penyamak), minyak eteris (misalnya jasmine pada melati, roseine pada mawar, zingiberine pada jahe), alkaloid (misalnya kafein, kinin, nikotin, likopersin, dll), enzim, dan butir-butir pati.
- Mikrotubulus berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai rangka sel. Selain itu, mikrotubulus berguna dalam pembentukan sentriol, agela, dan silia.
- Mikro lamen terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikro lamen berperan dalam pergerakan sel.
- Peroksisom (badan mikro) senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidae dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).
Fungsi Sel Secara Umum
- Mencari dan mendapatkan O2 serta zat gizi dari lingkungan internalnya.
- Membuang zat sisa dan CO2 yang dihasilkan dari adanya reaksi kimia.
- Melakukan berbagai reaksi kimia sedemikian rupa yang kemudian merubah O2 dan dan zat-zat gizi menjadi energi bagi sel.
- Sensitif dan resfonsip akan perubahan di lingkungan sekitar sel.
- Sebagian besar sel dapat bereproduksi hingga apabila terjadi kerusakan pada sel, maka bisa diganti dengan sel yang baru.
- Melakukan kontrol terhadap pertukaran zat yang terjadi antara sel dan lingkungan internal.
Transpor Melalui Membran Sel
Organisme multiseluler mempunyai sistem
transportasi di dalam tubuhnya. Transportasi ini melibatkan sel atau membran
sel yang memiliki ketebalan 5 - 10 nm (nano meter; 1 nm = 1 × 10-9m). Membran
ini menghalangi gerak ion dan molekul melewati membran. Hal ini sangat penting
untuk menjaga kestabilan pH, menjaga konsentrasi ion dalam sel, untuk kegiatan
enzim, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang bersifat racun, dan memasok
ion-ion yang penting dalam kegiatan saraf dan otot.
Berikut ini akan dibahas macam-macam gerakan
yang melewati membran sel. Gerakan-gerakan ini terjadi pada selaput organel
dalam sel. Pada dasarnya, hanya ada empat macam gerakan lewat membran sel ini,
yaitu difusi, osmosis, transpor aktif, dan endositosis atau eksositosis.
Setelah mempelajari subbab ini, kamu dapat membandingkan keempat transpor
tersebut.
Difusi
Gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang tinggi ke daerah lain dengan konsentrasi lebih rendah yang
disebabkan oleh energi kinetik molekul-molekul tersebut. Kecepatan difusi
melalui membran sel tergantung pada perbedaan konsentrasi, ukuran molekul,
muatan, daya larut partikel-partikel dalam lipid dan suhu. Pada umumnya,
zat-zat yang larut dalam lipid, yaitu molekul hidrofobik lebih mudah berdifusi
melalui membran daripada molekul hidrofilik. Selain itu, membran sel juga
bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang tidak bermuatan seperti
H2O, CO2, dan O2. Dalam keadaan yang sama, molekul kecil lebih cepat berdifusi
melalui membran seldaripada molekul besar.
Difusi sederhana dari molekul hidrofilik yang
besarnya lebih dari 7 - 8 Å (Å = angstrom = 10-10 m) hampir tidak dapat
berlangsung karena terhalang oleh membran sel, tetapi molekul tersebut dapat
masuk ke dalam sel dengan cara difusi terbantu atau facilitated diffusion.
Difusi terbantu tergantung pada suatu mekanisme transpor khusus dari membran
sel seperti permease. Permease adalah
suatu protein (enzim) membran sel yang akan memberi jalan bagi ion dan molekul
polar tidak bermuatan agar dapat melintasi dua lapisan lipid hidrofobik dari
membran sel. Difusi ADP ke dalam dan ATP keluar dari mitokondria juga
memerlukan difusi terbantu. Dalam semua proses difusi terbantu, molekul
bergerak ke arah gradien konsentrasi.
Osmosis
Merupakan suatu proses difusi. Osmosis adalah
difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara diferensial.
Pelarut universal adalah air. Jadi, dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi
air melalui selaput yang permeabel secara diferensial dari pelarut
berkonsentrasi tinggi (banyak air) ke pelarut yang berkonsentrasi rendah (sedikit air). Proses osmosis akan berhenti
jika konsentrasi di dalam dan di luar sel telah seimbang.
Bila sel memiliki konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi (sedikit air atau hipertonik) daripada di luar sel, maka air yang
ada di luar sel akan masuk ke dalam sel. Peristiwa masuknya air ke dalam sel
tersebut dapat mengakibatkan pecahnya sel pada sel hewan (hemolisis).
Sedangkan, pada sel tumbuhan, sel hanya akan menggembung karena ditahan oleh
dinding sel. Konsentrasi air yang tinggi di luar sel disebut hipotonik.
Sedangkan, bila sel memiliki konsentrasi zat terlarut lebih rendah (banyak air)
daripada di luar sel, maka air yang ada di dalam sel akan keluar sel. Keluarnya
air dari sel akan mengakibatkan sel mengerut. Pada sel hewan, mengerutnya sel
ini disebut krenasi, sedangkan pada sel tumbuhan disebut plasmolisis.
Transpor aktif
Merupakan gerakan ion dan molekul melawan suatu
gradien konsentrasi dengan menggunakan energi untuk masuk atau keluar sel
melalui membran sel. Selain memerlukan
energi berupa ATP, transpor aktif juga memerlukan enzim untuk memindahkan
molekul dan ion dari tempat konsentrasi rendah ke tempat konsentrasi tinggi.
Agar enzim dapat berfungsi sebagai pompa, maka enzim tersebut harus dapat
mengikat ion dan mengangkut ion dari satu sisi membran ke sisi yang lain.
Molekul gula dan asam amino diangkut secara
aktif ke dalam sel menggunakan energi. Energi ini di peroleh dari gradien
konsentrasi Na+ yang terjadi pada pengangkutan natrium-kalium. Dengan bantuan
suatu protein transpor khusus, molekul glukosa dan ion natrium masuk ke dalam
sel bersama-sama. Kemudian, natrium tersebut dikeluarkan lagi oleh pompa
natrium-kalium. Dengan demikian, pompa natrium-kalium tidak hanya mengangkut
secara aktif Na+ dan K+, tetapi secara tidak langsung menyediakan energi untuk
proses pengangkutan yang lain.
Endositosis dan Ekositosis
Endositosis adalah suatu mekanisme pengangkutan
bahan, seperti makromolekul protein dari cairan di luar sel ke dalam sel dengan
membungkus makromolekul tersebut dengan cara melekukkan sebagian dari membran
sel ke dalam. Kantung yang terbentuk kemudian melepaskan diri dari bagian luar
membran dan membentuk vakuola di dalam sitoplasma. Kemudian, lisosom menyatu
dengan vakuola endositik tersebut dan isi dari organel tersebut menjadi satu
membentuk lisosom sekunder. Enzim-enzim lisosom akan mencerna makromolekul
menjadi bahan yang dapat larut (asam amino, gula, dan nukleotida). Eksositosis
adalah kebalikan dari endositosis. Pada
sel-sel yang mengeluarkan protein dalam jumlah yang besar, protein
tersebut pertama-tama berkumpul di dalam sebuah kantung yang dilapisi membran
di dalam aparat golgi, kemudian bergerak ke permukaan sel, lalu mendekat pada
membran sel dan mengosongkan isinya ke luar

Post a Comment for "Sel "