Sejarah Perkembangan Sosiologi
Latar belakang sosial lahirnya sosiologi adalah perubahan
masyarakat di Eropa Barat akibat revolusi industri di Inggris dan revolusi
Prancis yang berlangsung pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Banyak
orang pada masa itu berharap bahwa revolusi industri dan revolusi Prancis akan
membawa kemajuan bagi semua anggota masyarakat. Dengan munculnya revolusi
industri, pola-pola tradisional mulai ditinggalkan dan muncullah teknologi baru
yang mempermudah sekaligus meningkatkan produksi masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan taraf hidupnya. Jika pada masa feodalisme sebelum revolusi Prancis
masyarakat terkotak-kotak dalam lapisan-lapisan sosial yang sangat membatasi
ruang bagi lapisan sosial yang lebih rendah, setelah revolusi semua orang
berharap bahwa akses terhadap semua sumber daya sosial dan ekonomi seperti
pendidikan dan pekerjaan harus terbuka lebar bagi semua lapisan. Beberapa tokoh
yang menjadi perintis lahirnya ilmu sosiologi, dimulai dari Auguste Comte.
Istilah ‘sosiologi’ pertama kali diciptakan pada tahun 1839
oleh Auguste Comte, seorang ahli filsafat kebangsaan Prancis. Dialah yang
pertama kali menggunakan istilah tersebut sebagai pendekatan khusus untuk
mempelajari masyarakat. Selain itu, dia juga memberi sumbangan yang begitu
penting terhadap sosiologi. Oleh karena itu para ahli sepakat untuk menyebutnya
sebagai ‘Bapak Sosiologi’. Mengapa? Memang harus diakui bahwa Comte sangat
berjasa terhadap sosiologi. Beberapa sumbangan pentingnya antara lain sebagai
berikut.
a. Ia mengatakan bahwa ilmu sosiologi harus didasarkan pada
pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis secara sistematik.
Objek yang dikajipun harus berupa fakta, bukan harapan atau prediksi. Jadi,
harus objektif dan harus pula bermanfaat, serta bukan mengarah kepada kepastian
dan kecermatan.
b. Ia menyumbangkan pemikiran yang mendorong perkembangan
sosiologi dalam bukunya Cours de Philosophie Positive, yang dikenal dengan
hukum kemajuan manusia atau hukum tiga jenjang. Dalam menjelaskan gejala alam
dan gejala sosial, manusia akan melewati tiga jenjang berikut ini.
- Jenjang teologi, bahwa segala sesuatu dijelaskan dengan mengacu pada hal-hal yang bersifat adikodrati.
- Jenjang metafisika, bahwa manusia memahami sesuatu dengan mengacu kepada kekuatan-kekuatan metafisik atau hal-hal yang bersifat abstrak.
- Jenjang positif, bahwa gejala alam dan sosial dijelaskan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah (jenjang ilmiah).
c. Ia mengatakan pula bahwa sosiologi merupakan ratu
ilmuilmu sosial, dan menempati peringkat teratas dalam hierarki ilmu-ilmu
sosial.
d. Ia membagi sosiologi ke dalam dua bagian besar, yaitu
statika sosial (social statics) yang mewakili stabilitas atau kemantapan, dan
dinamika sosial (social dynamic) yang mewakili perubahan.
Latar belakang pemikirannya adalah adanya eksploitasi
besar-besaran yang dilakukan oleh para pengusaha atau pemilik modal (kaum
kapitalis atau yang dikenal juga dengan kaum borjuis) terhadap kaum buruh (yang
disebut juga dengan kaum proletar). Para buruh bekerja dengan jam kerja yang
ditetapkan oleh para pengusaha dengan seenak hati mereka. Bukan hanya itu, upah
yang diberikan juga begitu rendah, tidak sebanding dengan pekerjaannya.
Menurut Marx, kaum kapitalis atau pengusaha adalah lintah
darat yang hidup dari keringat para buruh. Dengan kata lain, ada ketidakadilan
yang sangat besar dalam masyarakat. Ada kelompok yang menguasai saranasarana
produksi yaitu para kapitalis, dan ada kelompok yang sama sekali tidak memiliki
sarana produksi, sehingga sepenuhnya menggantungkan hidup pada para kapitalis.
Kelompok ini disebut dengan kaum buruh.
Marx mengatakan bahwa sejarah masyarakat manusia adalah
sejarah perjuangan kelas, yang melahirkan kelompok borjuis dan kelompok proletar.
Sadar akan posisinya di masyarakat, yaitu sebagai kelompok yang dieksploitasi,
maka kaum proletar bersatu dan memberontak melawan kaum borjuis. Konflik antar kelas
inilah yang melahirkan perubahan dalam masyarakat. Menurut Marx, suatu saat
kaum proletar akan memenangkan perjuangan kelas ini yang kemudian akan
melahirkan masyarakat tanpa kelas.
Herbert Spencer adalah orang Inggris yang menguraikan materi
sosiologi secara rinci dan sistematis. Menurut Spencer, objek sosiologi yang
pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial, dan industri.
Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan sosial,
sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian
dan keindahan.
Pada tahun 1876 Spencer mengetengahkan sebuah teori tentang
‘evolusi sosial’, yang hingga kini masih dianut,walaupun di sana-sini ada
perubahan.
Ia menerapkan secara analog Teori Darwin mengenai ‘Teori Evolusi’
terhadap masyarakat manusia. Ia yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi dari
masyarakat primitif ke masyarakat industri. Spencer juga mengembangkan gagasan
tentang sistem interaksi sosial, khususnya pada masyarakat Inggris. Ia juga
beranggapan bahwa keadaan masyarakat akan berubah menuju ke situasi yang lebih
aman dan tertib. Hal ini terjadi karena di masyarakat sudah mulai terjadi
sistem pembagian kerja secara teratur.
Berbagai penanganan pekerjaan di masyarakat mulai ditangani
oleh orang-orang yang memang ahli (profesional). Hubungan antarberbagai
pekerjaan juga terjalin dengan sangat kompak. Herbert Spencer juga
mengembangkan suatu sistematika penelitian masyarakat dalam bukunya yang
berjudul Principles of Sociology. Melalui buku ini istilah sosiologi menjadi
lebih populer. Berkat jasa Spencer, sosiologi berkembang pesat pada abad ke-20,
terutama di negara Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat, hingga sekarang sudah
menyebar ke segala penjuru dunia.
4. Emile Durkheim (1858–1927)
Bagi Durkheim, fenomena sosial
yang tumbuh berserakan dalam kehidupan masyarakat ini adalah nyata. Oleh karena
itu, gejala-gejala sosial yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
sesungguhnya dapat dikaji dengan metode-metode empiris, dan bukan secara
filosofis. Pada prinsipnya Durkheim menolak penjelasan ilmiah tentang tindakan
(juga mengenai institusi sosial) yang hanya mendasarkan analisis pada
karakteristik individu, seperti insting, kemauan, imitasi, dan kepentingan pribadi.
Penjelasan semacam itu menurut Durkheim hanyalah merupakan akibat dari kumpulan
sifat dan tindakan individu. Menurut Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari fakta sosial. Tahukah kamu apakah fakta sosial itu? Fakta sosial
adalah setiap cara bertindak yang telah baku ataupun tidak, yang dapat
melakukan pemaksaan terhadap individu. Fakta sosial bersifat eksternal terhadap
individu. Fakta sosial bisa berupa cara bertindak, berpikir, dan berperasaan
yang memperlihatkan ciri-ciri tertentu yang berada di luar kesadaran individu.
Fakta sosial bersifat umum, dalam arti tersebar merata dan menjadi milik
kolektif, bukan sekadar hasil penjumlahan beberapa fakta individu. Contohnya
hukum, adat istiadat, dan cara berpakaian. Dalam mengkaji masyarakat, Durkheim
lebih menekankan pada kesadaran kolektif (collective consciousness) sebagai
dasar dari suatu keteraturan sosial atau lebih menekankan pada kerja sama yang
mencerminkan konsensus moral sebagai proses sosial yang paling mendasar.
5. Max Weber (1864–1920)
Max Weber berpendapat bahwa sebagai ilmu, sosiologi berusaha
memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial. Sosiologi membantu mempelajari
dan memahami perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya
interaksi sosial. Karya Weber tentang perkembangan sosiologi misalnya analisis
tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi,
dan sebagainya. Weber berpendapat bahwa metode-metode yang digunakan dalam
ilmu-ilmu alam tidak dapat diterapkan begitu saja pada masalah-masalah yang
dikaji dalam ilmu-ilmu sosial. Menurut dia, karena para ilmuwan sosial
mempelajari dunia sosial di mana mereka hidup, tentu ada hal-hal yang subjektif
dalam penelitian mereka. Oleh karena itu, sosiologi seharusnya ‘bebas nilai’
(value free), tidak boleh terdapat bias yang memengaruhi penelitian dan
hasil-hasilnya. Ia menyebutkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang berupaya
memahami tindakan sosial.
Catatan : Sosiologi sebagai social statics berarti bahwa sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan sebagai social dynamics berarti bahwa sosiologi meneropong bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.



Post a Comment for "Sejarah Perkembangan Sosiologi"